Assalamu’alaikum pembaca
Pernah dengar lagu Izzis yang Generasi Harapan?? Salah satu
liriknya adalah “dimana dicari pemuda kahfi, terasing demi kebenaran hakiki”. Lagu
tersebut menggambarkan kisah para pemuda yang terasing hidupnya di dalam gua
karena lingkungannya yangg mempersekutukan Allah.
Menurut riwayat negeri para pemuda kahfi ini bernama
Sahab di Amman dan penguasanya saat itu adalah raja Daqyanus atau Decius. Sang
raja ini seorang penyembah berhala dan dia memusuhi agama tauhid. Tidak jauh berbeda dengan rajanya, rakyatnya pun menyembah berhala pula. Namun terdapat
tujuh pemuda yang memilih untuk menyembah Allah dan ibadah mereka dilakukan secara
sembunyi-sembunyi karena takut diketahui pihak kerajaan.
Seiring berjalannya waktu akhirnya kegiatan mereka tersebut
diketahui mata-mata istana dan mereka pun diadukan kepada Sang raja dan mereka
pun dihadapkan kepada raja tersebut. Sang raja menanyakan kepada ketujuh pemuda
yang ternyata masuk golongan bangsawan ini mengapa mereka melakukan hal yang
dia anggap bodoh. Salah satu pemuda
mengatakan bahwa untuk apa menyembah berhala yang dibuat oleh tangan sendiri, dan
bukankah Allah yang pantas disembah.
Mendengar jawaban pemuda tersebut, raja pun murka dan memberi
mereka pilihan kembali menyembah berhala dan hidup sejahtera atau menyembah
Allah dengan konsekuensi mereka hilang, artinya mereka dibunuh. Mereka hanya
punya waktu sampai besok, dan mereka pun pergi meninggalkan istana.
Sebuah pilihan yang sulit ketika keyakinan tauhid mereka harus dipertaruhkan
untuk keselamatan hidup mereka. Dalam hati mereka tidak mau kembali menyembah
berhala, tapi mereka juga tidak bisa menyerahkan hidup mereka begitu saja. Akhirnya
salah satu pemuda mengusulkan untuk mengungsi ke sebuah gua yang jauh dari
jangkauan tentara kerajaan. Akhirnya ke 6 pemuda lainnya menyetujui usul
tersebut dan langsung menuju tempat tersebut dipandu oleh seekor anjing.
Setelah sampai di gua mereka pun beristirahat karena
kelelahan. Mereka tidur di dalam gua tersebut karena memang jaraknya yang cukup
jauh. Setelah tidur dengan nyenyaknya mereka pun terbangun. Salah satu dari
mereka menanyakan berapa lama mereka tertidur. Pemuda yang lain menjawab
sekitar setengah sampai seharian.
Saking lamanya mereka tertidur mereka pun merasa lapar dan
menyuruh salah satu dari mereka untuk membeli makanan. Setibanya di pasar
pemuda yang mendapat mandate untuk membeli makanan terheran-heran karena keadaan
sudah jauh berubah. Bangunan-bangunan semuanya berubah, dan pemuda tersebut
kebingungan. Dia sudah sangat berhati-hati agar tidak satupun orang
mengenalinya, namun yang terjadi sebaliknya, dia malah tidak kenal satu orang
pun. Saat membayar makanan penjual
kebingungan karena uang yang dibayarkan adalah uang 3 abad yang lalu. Orang-orang
pun berkumpul mengerumuninya dan akhirnya pemuda tersebut menceritakan semua
yang terjadi mengenai persembunyiannya
Mendengar hal tersebut para warga pun takjub karena mereka
atas ijin Allah tertidur selama 3 abad lebih dan betapa beruntungnya mereka
karena pemimpin negeri itu sekarang sudah berganti dengan raja yang shalih dan
taat kepada Allah. Mereka pun diundang ke istana oleh raja sebagai tamu kehormatan
karena setia kepada agama Allah.
Syukur pun mereka panjatkan atas nikmat yang Allah berikan ,
menidurkan dan menghidupkan mereka kembali dan tetap dalam keadaan beriman. Selanjutnya
mereka memanjatkan do’a agar bisa menghadap Allah , dan do’a mereka pun
dikabulkan. Mereka meninggal dalam keadaan iman yang kokoh.
Untuk mengenang para pemuda tersebut, raja membuat tempat
beribadah di gua tempat mereka bersembunyi dan nama Ashabul Kahfi(pemuda gua)
diabadikan oleh Allah dalam firmannya di surah Al Kahf ayat 9 sampai 26.
Dari cerita tersebut ada banyak pelajaran yang bisa kita
ambil diantaranya adalah keinginan untuk tetap menjadi hamba allah yang taat
ditengah keadaan sekitar yang justru membuat kita jauh dari Allah. Selain itu
keputusan mereka mengasingkan diri bukanlah sikap pengecut, melainkan memang
sudah tidak ada cara lagi menyelamatkan keimanan mereka. Akan sangat konyol
jika mereka lebih memilih menyerhakan hidup mereka. Seperti perkataan Ali bin
Abi Thalib ra. “ kebaikan yang tidak tersusun rapi bisa kalah melawan kejahatan”.
itulah yang mungkin jadi pertimbangan mereka, selain itu
seperti yang dikatakan ahli hikmah pula : “al- diin al- aqlu , laa diina li man
laa aqla lahu” yang artinya agama adalah akal, tidak ada agama bagi yang tidak
berakal. Berakal karena mereka mengetahui bahwa berhala tidak patut disembah dan
hanya Allah yang patut disembah, lalu keputusan mereka untuk mengasingkan diri
juga meruapakan keputusan yang tepat untuk meyelamatkan apa yang menjadi
keyakinan mereka
itulah pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Ashabul
Kahfi. Semoga bermanfaat,yang salah datang dari saya pribadi dan yang benar
datangnya hanya dari Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar