Jumat, 22 April 2011

Kisah Ashabul Kahfi

Assalamu’alaikum pembaca
Pernah dengar lagu Izzis yang Generasi Harapan?? Salah satu liriknya adalah “dimana dicari pemuda kahfi, terasing demi kebenaran hakiki”. Lagu tersebut menggambarkan kisah para pemuda yang terasing hidupnya di dalam gua karena lingkungannya yangg mempersekutukan Allah.  
Menurut riwayat negeri para pemuda kahfi ini bernama Sahab di Amman dan penguasanya saat itu adalah raja Daqyanus atau Decius. Sang raja ini seorang penyembah berhala dan dia memusuhi agama tauhid. Tidak jauh berbeda dengan rajanya, rakyatnya pun menyembah berhala pula. Namun terdapat tujuh pemuda yang memilih untuk menyembah Allah dan ibadah mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena takut diketahui pihak kerajaan.
Seiring berjalannya waktu akhirnya kegiatan mereka tersebut diketahui mata-mata istana dan mereka pun diadukan kepada Sang raja dan mereka pun dihadapkan kepada raja tersebut. Sang raja menanyakan kepada ketujuh pemuda yang ternyata masuk golongan bangsawan ini mengapa mereka melakukan hal yang dia anggap bodoh.  Salah satu pemuda mengatakan bahwa untuk apa menyembah berhala yang dibuat oleh tangan sendiri, dan bukankah Allah yang pantas disembah.
Mendengar jawaban pemuda tersebut, raja pun murka dan memberi mereka pilihan kembali menyembah berhala dan hidup sejahtera atau menyembah Allah dengan konsekuensi mereka hilang, artinya mereka dibunuh. Mereka hanya punya waktu sampai besok, dan mereka pun pergi meninggalkan istana.
Sebuah pilihan yang sulit ketika  keyakinan tauhid mereka harus dipertaruhkan untuk keselamatan hidup mereka. Dalam hati mereka tidak mau kembali menyembah berhala, tapi mereka juga tidak bisa menyerahkan hidup mereka begitu saja. Akhirnya salah satu pemuda mengusulkan untuk mengungsi ke sebuah gua yang jauh dari jangkauan tentara kerajaan. Akhirnya ke 6 pemuda lainnya menyetujui usul tersebut dan langsung menuju tempat tersebut dipandu oleh seekor anjing.
Setelah sampai di gua mereka pun beristirahat karena kelelahan. Mereka tidur di dalam gua tersebut karena memang jaraknya yang cukup jauh. Setelah tidur dengan nyenyaknya mereka pun terbangun. Salah satu dari mereka menanyakan berapa lama mereka tertidur. Pemuda yang lain menjawab sekitar setengah sampai seharian.
Saking lamanya mereka tertidur mereka pun merasa lapar dan menyuruh salah satu dari mereka untuk membeli makanan. Setibanya di pasar pemuda yang mendapat mandate untuk membeli makanan terheran-heran karena keadaan sudah jauh berubah. Bangunan-bangunan semuanya berubah, dan pemuda tersebut kebingungan. Dia sudah sangat berhati-hati agar tidak satupun orang mengenalinya, namun yang terjadi sebaliknya, dia malah tidak kenal satu orang pun.  Saat membayar makanan penjual kebingungan karena uang yang dibayarkan adalah uang 3 abad yang lalu. Orang-orang pun berkumpul mengerumuninya dan akhirnya pemuda tersebut menceritakan semua yang terjadi mengenai persembunyiannya
Mendengar hal tersebut para warga pun takjub karena mereka atas ijin Allah tertidur selama 3 abad lebih dan betapa beruntungnya mereka karena pemimpin negeri itu sekarang sudah berganti dengan raja yang shalih dan taat kepada Allah. Mereka pun diundang ke istana oleh raja sebagai tamu kehormatan karena setia kepada agama Allah.
Syukur pun mereka panjatkan atas nikmat yang Allah berikan , menidurkan dan menghidupkan mereka kembali dan tetap dalam keadaan beriman. Selanjutnya mereka memanjatkan do’a agar bisa menghadap Allah , dan do’a mereka pun dikabulkan. Mereka meninggal dalam keadaan iman yang kokoh.
Untuk mengenang para pemuda tersebut, raja membuat tempat beribadah di gua tempat mereka bersembunyi dan nama Ashabul Kahfi(pemuda gua) diabadikan oleh Allah dalam firmannya di surah Al Kahf ayat 9 sampai 26.
Dari cerita tersebut ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil diantaranya adalah keinginan untuk tetap menjadi hamba allah yang taat ditengah keadaan sekitar yang justru membuat kita jauh dari Allah. Selain itu keputusan mereka mengasingkan diri bukanlah sikap pengecut, melainkan memang sudah tidak ada cara lagi menyelamatkan keimanan mereka. Akan sangat konyol jika mereka lebih memilih menyerhakan hidup mereka. Seperti perkataan Ali bin Abi Thalib ra. “ kebaikan yang tidak tersusun rapi bisa kalah melawan kejahatan”.
itulah yang mungkin jadi pertimbangan mereka, selain itu seperti yang dikatakan ahli hikmah pula : “al- diin al- aqlu , laa diina li man laa aqla lahu” yang artinya agama adalah akal, tidak ada agama bagi yang tidak berakal. Berakal karena mereka mengetahui bahwa berhala tidak patut disembah dan hanya Allah yang patut disembah, lalu keputusan mereka untuk mengasingkan diri juga meruapakan keputusan yang tepat untuk meyelamatkan apa yang menjadi keyakinan mereka
itulah pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Ashabul Kahfi. Semoga bermanfaat,yang salah datang dari saya pribadi dan yang benar datangnya hanya dari Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

007isdead.blogspot.com berbagi ilmu berbagi cerita